Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Guru

Nomine Penulis Opini Terbaik Kompasiana Awards 2024 | Juara Favorit Blog Competition Badan Bank Tanah 2025

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Sampah, Masalah Nyata yang Membutuhkan Aksi Tegas Pemerintah

13 Maret 2024   10:58 Diperbarui: 14 Maret 2024   06:30 2246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah, Masalah Nyata yang Membutuhkan Aksi Tegas Pemerintah
Sumber Gambar: Kompas.id

Pemerintah memainkan peran penting dalam mendorong perubahan, karena memiliki kewenangan untuk menyusun dan mengimplementasikan kebijakan. 

Saya merasa bingung mengapa kebiasaan membuang sampah sembarangan masih menjadi kebiasaan di masyarakat kita. 

Beberapa hari yang lalu, saya sedikit kesal dengan salah satu pekerja di rumah kami yang sedang membersihkan halaman.

Saya merasa konyol, karena kami telah memberikan tanggung jawab untuk membersihkan lingkungan, eh dia malah membuang sampah di halaman kami.

Rumput dan tanaman liar telah dirapikan, tetapi puntung rokok, styrofoam bekas makanan, dan plastik bekas gorengan masih berserakan di situ tanpa dimasukkan ke dalam kantong sampah.

Saya merasa tidak enak untuk menegurnya secara langsung, sehingga saya meminta anak-anak sebagai perantara (maafkan ayah ya, nak), "kakak, adek, tolong buang dulu sampah kalian," mereka protes kompak, "bukan kita Yah," kata kakak.

Sebenarnya, memang yang membuang sampah sembarangan bukanlah mereka, tapi pada akhirnya merekalah yang membuang benda yang sebenarnya bukanlah sampah milik mereka dengan sedikit kesal.

Meskipun demikian, ini bisa dijadikan sebagai pelajaran 'kepedulian' tentang lingkungan bagi mereka. 

Sebenarnya, permasalahan tentang sampah ini rumit, karena yang harus kita perangi adalah 'karakter' masyarakat terhadap sampah dan lingkungan.

Ya, benar, 'karakter'. Karena jika karakter ini telah terbentuk, maka segalanya akan menjadi lebih mudah tentunya. 

Pemerintah memainkan peran penting dalam mendorong perubahan, karena memiliki kewenangan untuk menyusun dan mengimplementasikan kebijakan. 

Memaksa untuk mengadopsi kebijakan yang dapat mendorong budaya baik berarti mendorong pembentukan kebiasaan yang mengarah pada perwujudan karakter yang peduli terhadap sampah dan lingkungan.

Dengan cara ini, pemerintah dapat menjadi pendorong utama menuju perubahan positif dalam penanganan sampah.

Maka dengan ini izinkan saya pada opini ini memberikan beberapa gagasan tentang bagaimana penanganan sampah yang seharusnya, berdasarkan pengalaman dan gagasan saya, yuk, mari kita mulai!

Pendidikan Sejak Dini 

Pendidikan tentang sampah sejak dini merupakan langkah penting dalam membentuk kesadaran lingkungan sejak usia dini. Saya merasa ini bisa disebut sebagai salah satu "masalah" yang dianggap "hilang" dari kurikulum pendidikan kita.

Banyak dari kita, termasuk di lingkungan sekolah, seringkali kurang peduli terhadap sampah. Padahal, kegiatan membersihkan halaman sekolah seharusnya menjadi kesempatan untuk mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. 

Namun, masih ada yang membuang sampah plastik sembarangan, dan ini sungguh menyedihkan.

Di rumah pun, seringkali saya mendapati anak-anak yang tidak memperhatikan masalah sampah. Kadang setelah jajan di luar, mereka membuang sampahnya sembarangan di halaman rumah. 

Meski sudah disediakan dua wadah sampah yang berbeda untuk organik dan non-organik, masih saja terjadi kesalahan dalam membuang sampah sesuai kategorinya.

Ini menjadi perhatian serius, karena kesadaran akan sampah harus ditanamkan sejak dini. Saya sangat yakin bahwa pendidikan tentang sampah harus dimulai sejak usia dini. 

Anak-anak seringkali ceria dan penuh semangat dalam belajar hal-hal baru di sekolah. Kesadaran lingkungan yang diajarkan sejak usia dini akan membentuk pola pikir yang peduli terhadap lingkungan di masa depan.

Saya ingat salah satu contoh di mana anak saya begitu antusias menceritakan kunjungan ke tempat pembuangan sampah bersama teman-temannya. 

Mereka belajar bagaimana sampah yang dibuang sembarangan dapat merusak lingkungan. Pengalaman ini memberikan pemahaman yang mendalam pada anak-anak tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Pemerintah juga memiliki peran penting dalam mengintegrasikan pendidikan tentang sampah ke dalam kurikulum pendidikan. 

Langkah ini harus konsisten dan terstruktur, mulai dari tingkat PAUD, TK, SD, hingga perguruan tinggi. 

Selain itu, pelaksanaan kebijakan penanganan sampah harus disertai dengan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya memilah sampah dan menanggulangi masalah sampah secara berkelanjutan.

Pendidikan tentang sampah sejak dini bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan yang mendesak. 

Generasi masa depan harus dibekali dengan pengetahuan dan kesadaran yang cukup tentang pentingnya menjaga lingkungan. 

Hanya dengan demikian, kita bisa menciptakan masyarakat yang peduli terhadap sampah dan lingkungan, serta mampu mewujudkan kehidupan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Konsistensi Hukum

Konsistensi inilah yang akan membuat kota kita, bahkan negara kita, bersih dari sampah.

Dari sisi penegakan hukum, sudah ada peraturan tentang sanksi bagi pelanggar yang membuang sampah sembarangan. 

Pada 1 Desember tahun lalu, melalui media harian kupastuntas.co, pemerintah kota Metro, Provinsi Lampung (di mana penulis tinggal), melaporkan bahwa sebanyak 13 warga Metro dijatuhi denda sebesar 150 ribu rupiah karena melanggar aturan tersebut.

Meskipun ada sanksi, sampah masih terlihat di mana-mana. Intensitasnya sudah berkurang sedikit setelah diberlakukannya sanksi ini, tetap saja sampah masih terlihat mengapung di saluran air, berserakan di perempatan jalan, dan di tempat-tempat lainnya.

Ini menunjukkan bahwa sanksi denda saja tidak cukup. Masih banyak warga yang belum sadar akan masalah sampah, seperti yang terlihat dari keberadaan sampah yang masih tersebar.

Sebagai warga, terutama warga Metro, saya mendukung adanya sanksi dari pemerintah bagi pelanggar yang membuang sampah sembarangan. 

Hal ini harus dilakukan secara konsisten, tanpa pandang bulu, kapan pun dan di mana pun. Setiap pelanggaran harus diproses secara tegas.

Jika penegakan hukum ini hanya dilakukan secara sporadis, tanpa konsistensi, maka akan sia-sia. Semua elemen masyarakat harus turut serta untuk mendukung penegakan hukum terhadap pelanggaran ini.

Warga yang melihat pelanggaran harus peduli dan berani melaporkannya. Media juga harus menggulirkan berita ini, memperbincangkan di media sosial, agar sanksi yang diberikan terlihat oleh masyarakat luas sebagai pembelajaran bersama. 

Semua itu diperlukan untuk menciptakan kesadaran dan penegakan hukum yang efektif terhadap masalah sampah ini.

Dukungan Finansial dan Teknis 

Pemerintah perlu menyediakan infrastruktur yang memadai untuk mengelola sampah

Sampah menjadi masalah nyata ketika menyebabkan pencemaran lingkungan; berbau, berlendir, dan berserakan. Oleh karena itu, di rumah, saya menerapkan pemilahan sampah sesuai dengan golongannya. 

Jika sampah organik dan non-organik bercampur, akan menciptakan masalah serius. Contohnya, kulit semangka dan plastik bekas ikan, jika dicampur, akan menghasilkan bau tidak sedap, lendir, dan mencemari lingkungan. 

Oleh karena itu, saya memilah sampah di rumah. Sampah organik dimasukkan ke dalam wadah organik, sedangkan sampah non-organik dimasukkan ke dalam wadah non-organik.

Sampah organik relatif mudah diolah. Biasanya, saya biarkan sampah terkumpul beberapa hari di wadah sampah hingga organisme pengurai muncul. 

Kemudian, beberapa hari kemudian, saya membuang atau menuangkan sampah organik tersebut ke lahan tanah. Sampah akan terurai dengan sempurna oleh organisme pengurai.

Masalah muncul saat menangani sampah non-organik seperti plastik, styrofoam, kardus, dan sejenisnya. Penanganan sampah non-organik ini tidak bisa dilakukan secara mandiri. 

Beberapa jenis sampah, seperti botol plastik, masih memiliki nilai ekonomi dan dapat dijual. Bagaimana dengan sampah seperti styrofoam bekas makanan dan plastik lainnya?

Pemerintah harus campur tangan dalam penanganan sampah, terutama sampah non-organik yang sulit terurai. Pembakaran sampah tidaklah berkelanjutan, karena meningkatkan emisi gas rumah kaca dan berkontribusi pada pemanasan global. 

Pemerintah juga harus menyediakan kendaraan pengangkut sampah yang memadai, mungkin dengan mobil pengangkut sampah yang dilengkapi dengan dua kompartemen terpisah untuk sampah organik dan non-organik.

Selain itu, pemerintah juga harus memikirkan proses pengolahan sampah di tempat pembuangan akhir. Proses pengolahan sampah organik dan non-organik harus dipikirkan secara cermat. 

Penanganan sampah adalah tanggung jawab besar, baik bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Membutuhkan kerjasama dari semua pihak, termasuk warga, untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Wasana Kata

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar), Al Qur'an Surat Ar Rum Ayat 41.

Salah satu dampak yang dapat kita rasakan saat ini adalah kenaikan harga beras. Berdasarkan berbagai sumber dalam opini sebelumnya, kenaikan harga beras ini salah satunya disebabkan oleh pemanasan global.

Pemanasan global dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah dari sampah. Sampah menghasilkan gas metana, yang memiliki peran penting dalam pemanasan global.

Seperti yang disampaikan dalam ayat yang saya kutip di atas, Allah memberikan peringatan kepada kita mengenai konsekuensi dari tindakan perusakan lingkungan yang dilakukan oleh manusia, baik di darat maupun di laut.

Salah satu konsekuensi yang kita rasakan saat ini adalah terjadinya pemanasan global, yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia. 

Buang sampah sembarangan adalah salah satu contoh aktivitas tersebut, yang pada akhirnya akan merugikan manusia sendiri.

Bumi kita saat ini mengalami dampak yang nyata, seperti peningkatan suhu global, pencairan es di kutub, kenaikan volume air laut, ancaman tenggelamnya daratan, dan perubahan pola musim.

Ayat tersebut memberikan kita peringatan untuk mencintai lingkungan, dan beradab dalam memperlakukannya dengan tidak mencemarinya dengan sampah. 

Sudah saatnya bagi kita semua untuk sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, mulai dari diri sendiri dan menyadarkan keluarga kita.

Tugas pemerintah dalam mengelola sampah dan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab yang besar. 

Sadar akan pentingnya menjaga lingkungan bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Bumi kita sedang mengalami krisis lingkungan, dan masa depan generasi mendatang bergantung pada tindakan kita saat ini.

Meski masalah sampah seringkali didiskusikan, perilaku warga masih belum berubah secara signifikan. Tentunya ini menjadi tugas bersama kita untuk terus melakukan perubahan. 

Kita perlu melihat pentingnya menjaga lingkungan dari sudut pandang ayat di atas, dan melakukan tindakan nyata untuk memperbaiki kondisi lingkungan kita.

Ketiga hal di atas tentunya tidak mungkin dilakukan kecuali oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Dengan opini ini, saya berharap menjadi sebuah refleksi bersama agar terbentuk kebijakan baru yang pro terhadap penanganan sampah.

Saya berharap gagasan-gagasan tersebut dapat menciptakan sebuah budaya baru yang positif dalam penanganan sampah.

Kesadaran yang ditanamkan sejak dini, konsistensi penegakan hukum, serta dukungan finansial dan teknis, merupakan panduan yang perlu diterapkan untuk memulai budaya baru yang akan membuat Indonesia bersih dari sampah.

Namun, bukan berarti sebagai individu kita hanya bisa berpangku tangan tanpa melakukan apa pun. 

Terutama pada bulan Ramadhan, adalah waktu yang tepat untuk melakukan introspeksi dan bertaubat atas segala dosa kita terhadap lingkungan. 

Mulailah dengan membawa kantong belanja sendiri saat berburu takjil, menghabiskan takjil yang telah dibeli, dan mengadopsi perilaku lain yang benar-benar meminimalkan sampah. 

Mari bersama-sama meminimalkan sampah dimulai dengan Ramadhan ini, sehingga kita dapat meraih pahala dari Allah SWT. 

Dan pada opini ini izinkan saya memohon penguatan kepada bapak Nara Ahirullah, agar opini ini mampu tersebar luas dan didengar oleh masyarakat dan juga pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Kaseri
Kaseri Guru SMA Negeri 1 Jombang

Dear Mba Tutut. Salam kenal. Momen lebaran biasanya identik dengan Halal Bi Halal, baik itu di kampung ataupun di sekolah. Bagaimana cara efektif mengelolah sampah plastik dari acara kegiatan HBH tersebut?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun