Healing Dadakan Sesama 'MaCan TerNak' sebagai Usaha Lupakan Cucian dan Cicilan
Tak pernah terbesit di benak saya akan melakukan yang namanya healing.
Sebelumnya dunia saya hanya mengajar rumus Kimia dan jadi Ibu rumah tangga itu saja cukup.
Kalau tak mengajar di kelas berarti ngasuh anak di teras.
Kalau ga cuap-cuap sambil nulis di papan tulis, berarti duduk meringis didepan setrikaan.
Dunia berputar hanya disitu saja , tadinya saya kira cukup.
Hingga akhirnya saya mengenal sesama MaCan TerNak (Mama cantik anter anak) bernama Dian Wiantina yang ternyata terbiasa healing.
Setelah sekitar 15 tahun saya jadi emak-emak, akhirnya bertemu orang ini yang punya background nyaris sama.
Dimulai dengan anak kami yang sekolah di TK yang sama. Anak kami sama-sama 3 yang amazing adalah Tahun kelahiran kami sama.
Bagi saya kebetulan yang luar biasa. Jarang-jarang coba bertemu dengan seseorang yang usianya persis sama. Kita bertemu dengan orang yang usianya sama ya di tingkat sekolah, ya ga sih.
Bersama Bunda Dian yang saya panggil menjadi Bundi, acara healing dadakan sering kami lakukan.
O, ya dia sendiri memanggil saya Bukk (Bu Kimia) setelah tahu saya pengajar Kimia yang kata dia rumit.
Anak kami masuk sekolah pukul 08.09 WIB sampai 11.00 WIB. 3 jam rasanya sayang jika dihabiskan dengan obrolan unfaedah.
Maka ada saja tempat yang mendadak kami kunjungi sebagai tempat healing.
Apa saja itu? Pertama tempat kulineran. Dari pagi makan bubur hingga siang jajan bakso.
Sama sama cita-cita langsing, tapi hobi ngemil ya kami emak-emak kebanyakan.
Kedua jalan-jalan dadakan mengunjungi alam bebas.
Seperti di suatu pagi di Bulan November 2022, dia mendadak mengajak untuk healing ke daerah Cicalengka mencari sebuah tempat wisata bertajuk dreamland.
Bundi yang memang jagomya healing penasaran mengenai tempat itu. Maka tanpa babibu dia tarik saya untuk menemaninya mencari lokasi itu.
Menggunakan motornya, saya memilih dibonceng saja biar tinggal duduk manis.
Meskipun saya tinggal di Rancaekek namun sesungguhnya saya asli Kota Bandung. Sehingga daerah Rancaekek dan sekitarnya saya belum tahu.
Hanya 30 menit saja untuk tiba di jalan menuju lokasi wisata tersebut.
Jalanan yang berkelok dan menanjak menjadi keseruan yang kami nikmati.
Ternyata selain ada dreamland yang akan kami cari, kami justru melewati curug cinulang.
Curug cinulang merupakan air terjun yang cukup terkenal bagi warga Bandung dan sekitarnya di daerah Cicalengka ini.
Sebenarnya saya jadi tertarik untuk masuk ke sana malah, namun Bundi yang mengaku sudah pernah beberapa kali berkunjung ke sana sepertinya tak mengamini keinginan saya.
Serunya dari melewati jalan berkelok adalah kami dengan cueknya berteriak bebas tanpa beban. Lupa sudah cucian dan cicilan.
Mengendarai motor melewati jalan dengan keindahan di kanan dan kiri menjadi sesuatu yang mengasyikan.
Tak lupa sepanjang jalan sebagai sesama emak-emak kami saling berbagi curhat di rumah.
Dari mulai kerjaan rumah yang tak pernah beres, Anak-anak yang seringkali peres dan susah diajak Koordinasi, hingga suami yang sering tanpa ekspresi.
Namun bukannya sampai ke lokasi yang dicari, kami malah nyasar ke tempat lain.
Untungnya kami nyasar ke warung nasi. Langsung saja jari kami ekpedisi tunjuk sana-sini menu yang tersaji.
Niat ingin ngedumel karena nyasar berubah setelah lidah sadar bahwa menu di warung nasi ini aduhai .
Sepiring nasi penuh dengan 2 atau 3 menu berhasil kami bersihkan dari piring.
Lupa sudah niat kami mencari lokasi dream land. Selain perut kenyang, 30 menit lagi anak-anak kami pulang.
Perjalanan pulang lebih seru karena jalanan menurun. Tak lupa jika ada spot menarik kami langsung berhenti dan selfie.
Untungnya kami sempat berhenti di salah satu bagian curug cinulang dengan air terjun yang tak terlalu besar namun cukup indah untuk dinikmati.
Sebuah curug kecil yang lokasinya di luar curug utama sehingga tak perlu masuk dulu ke lokasi.
Bersama Bundi ini saya tersadar bahwa emak-emak itu beneran butuh healing.
Sebuah alasan masuk akal yang dia katakan pada saya mengenai healing udalah usaha untuk bahagia.
Sebuah pengingat pernah dia katakan pada saya bahwa...
Sebagai perempuan kita harus bahagia bukan cuma sebagai istri, sebagai ibu tapi yang terpenting sebagai diri kita sendiri.
Bagaimana setuju gaess? Kalau setuju yu, healing!
Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025