Tak Sekadar Candi Megah, Borobudur Pusat Musik Dunia
Tak dipungkiri, masih banyak masyarakat Indonesia yang menganggap candi Buddha yang dinobatkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO tersebut hanya sebatas bangunan bersejarah warisan wangsa Syailendra. Objek wisata peninggalan masa lalu. Besar, megah, dan unik karena disusun dari balok-balok batu yang tidak menggunakan perekat atau semen.

Berbagai ilmu pengetahuan tersebut disimpan dalam 1.460 relief yang tersebar di hampir seluruh bagian candi. Berupa pahatan yang sangat artistik. Ilmu pengetahuan yang tersemat dibagian-bagian candi sangat beragam, mulai dari siklus kehidupan manusia, kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia, flora dan fauna, sosial politik hingga kesenian.
Melalui relief-relief tersebut kita juga jadi tahu bahwa berabad lalu, masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di sekitar Borobudur, sudah memiliki peradaban dan kebudayaan yang tinggi. Mereka sudah mengenal wayang, gamelan, ilmu irama sajak, batik, kerajinan logam, astronomi, pertanian sawah, hingga menerapkan sistem mata uang sendiri dan birokrasi pemerintahan yang teratur.
Bahkan ada kemungkinan Borobudur merupakan pusat musik dunia., pusat peradaban, dan titik pertemuan para pembawa budaya dari berbagai penjuru nusantara dan dunia.

Sama seperti coretan, lukisan, dan cap di dinding gua yang dibuat oleh manusia purba, relief di dinding Candi Borobudur juga bisa jadi merupakan medium untuk menyampaikan pesan atau catatan-catatan peristiwa yang terjadi di zaman itu. Apalagi pada abad ke-8, meski kertas sudah ditemukan, masih jarang digunakan.
Terlebih alat musik yang tergambar di relief Borobudur, beberapa bisa kita temukan hingga saat ini. Meski tidak bisa dipastikan suaranya persis sama, karena tidak ada peninggalan berupa rekaman suara, setidaknya banyak alat musik yang masih kita mainkan hingga saat ini bentuknya sama persis dengan alat musik yang ada di relief Candi Borobudur.

Alat-alat musik yang tergambar di relief-relief Candi Borobudur tersebut tak hanya tersebar di 34 provinsi di Indonesia, tetapi juga hingga ke 40 negara di penjuru dunia, mulai dari Benua Asia, Afrika, Amerika hingga Eropa.
Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025