Finansial Sehat Ramadan: Jangan Kegedhen Empyak Kurang Cagak
Tidak hanya itu, ada makna lain terkait peribahasa kegedhen empyak kurang cagak yakni keinginan terlalu tinggi, namun tidak sanggup membiayainya.
Bercermin dari peribahasa (jangan) kegedhen empyak kurang cagak, maka agar finansial sehat selama ramadan, kita harus berhati-hati dalam pengeluaran uang.
Meskipun selama puasa kita hanya makan dua kali sehari, ternyata pengeluaran uang lebih banyak dibandingkan hari biasa (makan tiga kali). Hal ini terjadi karena kita mudah tergiur dan kalap mata, ingin membeli makanan ini-itu untuk berbuka puasa. Padahal begitu berbuka puasa, minum dan makan sedikit saja, perut terasa sudah kenyang.
Atau terkadang sekadar mengikuti tren dan biar dianggap kekinian, mengadakan acara buka bersama dengan dua sampai lima orang teman.
Merasa mendapat THR, lalu memesan berbagai macam kue lebaran: roti sagu, nastar, kastengel, lapis legit, maskuba, dan entah roti hantu blau apalagi, tanpa mengingat pesanan roti harganya sudah berganti (bukan sekadar naik) dibandingkan tahun lalu.
Begitu juga soal tampilan, ingin berbeda dari hari-hari biasa, maka beli pakaian di mal. Semula ingin beli satu, tapi karena ada promo beli dua gratis satu, jadilah beli dua baju. Tak sadar kalau berpengaruh pada budget.
Cukuplah kita makan dan tampil seadanya. Gunakanlah kelebihan uang untuk bersedekah kepada saudara-saudara kita yang masih kekurangan dalam mencukupi kehidupan sehari-hari.
Prinsip pengelolaan keuangan yang saya terapkan selama ramadan adalah dengan menempuh jalan ana sethithik dipangan sethithik, yen ana turah disisihke enggo sesuk esok...
Dengan begitu, setelah lebaran, saya tetap punya uang tabungan.
Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025